Saturday, December 8, 2012

Pemutar Fakta #Bridging Course 13



Sedikit cerita dari penulis. Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah kata yang cukup membuat saya penasaran. Hari itu sebelum mata kuliah Ilmu Sosial Dasar atau Isoda, mata kuliah Pengantar Ilmu Politik berlangsung. Dan dosen membahas sebuah bab tentang “Media Aktor”. Setelah beberapa slide terlewat, saya mendengar sebuah kata yang menarik perhatian saya, yakni Spin Doctor.

Pertama kedengarannya mengingatkan saya pada sebuah band yang sempat terkenal dengan nama itu. Setelah mendengarkan dengan baik akhirnya saya mengetahui apa sebenarnya spin doctor tersebut.
Sebelumnya mari kita telusuri apa sebenarnya arti atau makna kata tersebut. Melalui pencarian website kami menemukan beberapa tulisan terkait dengan Spin Doctor.
“In public relations, spin is a form of propaganda, achieved through providing an interpretation of an event or campaign to persuade public opinion in favor or against a certain organization or public figure. While traditional public relations may also rely on creative presentation of the facts, "spin" often, though not always, implies disingenuous, deceptive and/or highly manipulative tactics.
Politicians are often accused by their opponents of claiming to be honest and seek the truth while using spin tactics to manipulate public opinion. Because of the frequent association between spin and press conferences (especially government press conferences), the room in which these take place is sometimes described as a spin room. A group of people who develop spin may be referred to as "spin doctors" who engage in "spin doctoring" for the person or group that hired them
“ Di hubungan masyarakat (Humas), Spin adalah sebuah bentuk dari propaganda, didapat melalui penyediaan interpretasi dari sebuah acara kampanye atau kampanye untuk mengajak opini publik kepada menyukai atau melawan sebuah organisasi atau tokoh masyarakat. Ketika humas secara tradisional juga bergantung pada penyampaian kreatif terhadap sebuah fakta, “ spin” sering kalai walau tak selalu, menimbulkan ketidak tulusan, mengguna-guna , dan juga taktik yang bersifat manipulatif.
Politisi sering dituduh oleh lawannya mengenai mengambil kepercayaan dan mencari kebenaran melalui spin untuk mengubah opini publik. Dikarenakan seringnya praktek spin dan konfrensi press ( khususnya dari pemerintah), tempat yang digunakan untuk melakukan keduanya disebut spin room atau ruang spin. Sekelompok orang yang melakukan spin dapat disebut sebagai spin doctor yang melakukan spin doctoring kepada orang yang mempekerjakan mereka.
Sedangkan poin singkat yang saya dapatkan dari dosen saya menganai tugas spin doctor  adalah ” “Membantu” politisi atau partai untuk menyajikan dan menjual mitos atau citra mereka.

Sejarah istilah ini bermula dari Edward Bernays yang telah dijuluki sebagai "Father of Spin". Sebagai mana yang Larry Tye gambarkan di bukunya As  The Father of Spin: Edward L. Bernays and The Birth of Public Relations,beberapa situasi di amerika pada abad 20, di mana perusahaan tembakau dan alkohol menggunakan teknik spin doctoring untuk membuat/ memberikan perlakuan untuk menerima barang tersebut dan Bernays bangga atas pekerjaannya sebagia propagandis.
Berikut adalah teknik-teknik dalam melakukan spin doctoring:
·         Menampilkan fakta dan perkataan secara selektif yang mendukung posisi seseorang. (cherry picking)
·         Non-denial denial
·         Non-apology apology
·         Mistakes were made
·         Menyampaikan dengan cara berasaumsi yang tak sesuai dengan bukti.
·         Secara lembut dan sembunyi-sembunyi mempromosikan sebuah agenda.
·         “Mengubur berita buruk”. Membicarakan/mengumumkan sesuatu yang sudah dan belum populer berharap meida akan fokus pada sesuatu yang paling populer.
            Semula memang digambarkan kepada saya jika spin doctor adalah layaknya sisi gelap dari pekerjaan seorang humas. Mudah saja alasannya, karena pada penjelasan sebelumnya saya dan teman-teman ditekankan bahwa media adalah sebuah lembaga yang netral dan seharusnya netral. Bahkan nilai subjektivitas harus ditekan sekecil mungkin.
                Melihat posisinya humas maupun spin doctor bekerja diantara media dan aktor politik (pemerintah, DPR, partai politik, Kel. Kepentingan, gerkaan sos.). Jadi mudahnya kedua peran itu yang akan menentukan apa-apa saja yang bakal menjadi topik bahasan di media. Dan media itu sangat dibutuhkan sekali oleh para aktor politik demi menghimpun massa sebanyak mungkin demi mencapai tujuan mereka.

                Terlihat wajar memang jika semua orang termasuk aktor politik, menginginkan dirinya terlihat sebaik mungkin di khalayak, oleh karenanya biasanya mengekspose kelebihan dan menutupi kekurangan. Namun bahayanya jikalau para spin doctor malah menyebarkan/membuat sebuah isu yang mengada-ada kepada pihak lawan. Hal itu sama saja dengan kita melakukan sebuah fitnah kepada orang lain. Dalam agama pun fitnah mendapatkan  pengandaian yang amat buruk.

                Walaupun kita secara khusus tidak berprofesi sebagai seorang humas namun kita sebenarnya mengemban tugas sebagai penghubung informasi di masyarakat atau lingkungan sosial kita, karena itu berusahalah untuk menjadi orang yang dapat menempatkan informasi secara benar dan tidak terjerumus dalam praktek-praktek spin doctoring yang bernilai negatif.
Semoga tulisan kali ini bermanfaat dan sampai jumpa di lain kesempatan. Wassalamu’alaykum wr.mb.

“Katakanlah kebenaran, meski rasanya pahit” Sabda Rasulullah Muhammad SAW (H.R Al-baihaqi dari Abu Dzar Al-Ghifari )

Sumber :
Anonim, Spin (Pubic Relation), http://en.wikipedia.org/wiki/Spin_(public_relations) diakses tanggal 8 Desember 2012
Anomim (aspire), Media Massa, Aktor atau Fasilitator?
Az-Zahra, Riana, Katakanlah yang Benar,Walupun Pahit,  http://razzahra.multiply.com/journal/item/221 diakses tanggal 8 Desember 2012

0 comments:

Post a Comment