Pemutar Fakta #Bridging Course 13
Sedikit cerita dari penulis. Beberapa
hari yang lalu saya menemukan sebuah kata yang cukup membuat saya penasaran.
Hari itu sebelum mata kuliah Ilmu Sosial Dasar atau Isoda, mata kuliah
Pengantar Ilmu Politik berlangsung. Dan dosen membahas sebuah bab tentang “Media
Aktor”. Setelah beberapa slide terlewat, saya mendengar sebuah kata yang
menarik perhatian saya, yakni Spin Doctor.
Pertama kedengarannya mengingatkan
saya pada sebuah band yang sempat terkenal dengan nama itu. Setelah
mendengarkan dengan baik akhirnya saya mengetahui apa sebenarnya spin doctor
tersebut.
Sebelumnya mari kita telusuri apa
sebenarnya arti atau makna kata tersebut. Melalui pencarian website kami
menemukan beberapa tulisan terkait dengan Spin Doctor.
“In public relations, spin is a form of propaganda, achieved through providing
an interpretation of an event or campaign to persuade public opinion in favor
or against a certain organization or public figure. While traditional public
relations may also rely on creative presentation of the facts, "spin"
often, though not always, implies disingenuous, deceptive and/or highly manipulative tactics.
Politicians
are often accused by their opponents of claiming to be honest and seek the
truth while using spin tactics to manipulate public opinion. Because of the
frequent association between spin and press
conferences (especially government press conferences), the room in which
these take place is sometimes described as a spin
room. A group of people who develop spin may be referred to as "spin
doctors" who engage in "spin doctoring" for the person or
group that hired them“
“ Di hubungan
masyarakat (Humas), Spin adalah sebuah bentuk dari propaganda, didapat melalui
penyediaan interpretasi dari sebuah acara kampanye atau kampanye untuk mengajak
opini publik kepada menyukai atau melawan sebuah organisasi atau tokoh
masyarakat. Ketika humas secara tradisional juga bergantung pada penyampaian
kreatif terhadap sebuah fakta, “ spin” sering kalai walau tak selalu,
menimbulkan ketidak tulusan, mengguna-guna , dan juga taktik yang bersifat
manipulatif.
Politisi sering
dituduh oleh lawannya mengenai mengambil kepercayaan dan mencari kebenaran
melalui spin untuk mengubah opini publik. Dikarenakan seringnya praktek spin
dan konfrensi press ( khususnya dari pemerintah), tempat yang digunakan untuk
melakukan keduanya disebut spin room atau ruang spin. Sekelompok
orang yang melakukan spin dapat disebut sebagai spin doctor yang
melakukan spin doctoring kepada orang yang mempekerjakan mereka.
Sedangkan poin singkat yang saya dapatkan dari dosen saya menganai
tugas spin doctor adalah ” “Membantu” politisi atau
partai untuk menyajikan dan menjual mitos atau citra mereka.”
Sejarah istilah ini bermula dari Edward Bernays yang telah dijuluki
sebagai "Father of Spin".
Sebagai mana yang Larry Tye gambarkan di bukunya As The Father of Spin: Edward L.
Bernays and The Birth of Public
Relations,beberapa situasi di amerika pada abad 20, di mana perusahaan
tembakau dan alkohol menggunakan teknik spin doctoring untuk membuat/
memberikan perlakuan untuk menerima barang tersebut dan Bernays bangga atas
pekerjaannya sebagia propagandis.
Berikut adalah teknik-teknik dalam melakukan spin doctoring:
·
Menampilkan fakta dan perkataan secara selektif
yang mendukung posisi seseorang. (cherry picking)
·
Non-denial denial
·
Non-apology apology
·
Mistakes were made
·
Menyampaikan dengan cara
berasaumsi yang tak sesuai dengan bukti.
·
Secara lembut dan
sembunyi-sembunyi mempromosikan sebuah agenda.
·
“Mengubur berita buruk”.
Membicarakan/mengumumkan sesuatu yang sudah dan belum populer berharap meida akan
fokus pada sesuatu yang paling populer.
Semula memang digambarkan kepada
saya jika spin doctor adalah layaknya sisi gelap dari pekerjaan seorang humas.
Mudah saja alasannya, karena pada penjelasan sebelumnya saya dan teman-teman
ditekankan bahwa media adalah sebuah lembaga yang netral dan seharusnya netral.
Bahkan nilai subjektivitas harus ditekan sekecil mungkin.
Melihat posisinya humas maupun
spin doctor bekerja diantara media dan aktor politik (pemerintah, DPR, partai politik, Kel.
Kepentingan, gerkaan sos.). Jadi
mudahnya kedua peran itu yang akan menentukan apa-apa saja yang bakal menjadi
topik bahasan di media. Dan media itu sangat dibutuhkan sekali oleh para aktor
politik demi menghimpun massa sebanyak mungkin demi mencapai tujuan mereka.
Terlihat wajar memang jika semua
orang termasuk aktor politik, menginginkan dirinya terlihat sebaik mungkin di
khalayak, oleh karenanya biasanya mengekspose kelebihan dan menutupi kekurangan.
Namun bahayanya jikalau para spin doctor malah menyebarkan/membuat sebuah isu
yang mengada-ada kepada pihak lawan. Hal itu sama saja dengan kita melakukan
sebuah fitnah kepada orang lain. Dalam agama pun fitnah mendapatkan pengandaian yang amat buruk.
Walaupun kita secara khusus
tidak berprofesi sebagai seorang humas namun kita sebenarnya mengemban tugas
sebagai penghubung informasi di masyarakat atau lingkungan sosial kita, karena
itu berusahalah untuk menjadi orang yang dapat menempatkan informasi secara
benar dan tidak terjerumus dalam praktek-praktek spin doctoring yang
bernilai negatif.
Semoga tulisan kali
ini bermanfaat dan sampai jumpa di lain kesempatan. Wassalamu’alaykum wr.mb.
“Katakanlah kebenaran,
meski rasanya pahit” Sabda Rasulullah Muhammad SAW (H.R Al-baihaqi dari Abu Dzar Al-Ghifari )
Sumber :
Anonim, Spin (Pubic
Relation), http://en.wikipedia.org/wiki/Spin_(public_relations)
diakses tanggal 8 Desember 2012
Anomim (aspire),
Media Massa, Aktor atau Fasilitator?
Az-Zahra, Riana, Katakanlah yang Benar,Walupun
Pahit, http://razzahra.multiply.com/journal/item/221
diakses tanggal 8 Desember 2012
0 comments:
Post a Comment