Serba- Serbi Televisi #Bridging Course 06
Teman-temanku sedang asyik membecarakan tentang
topik hangat tentang acara-acara yang bermunculan dalam layar kaca. Di
waktu yang lain pun mereka juga membicarakan acara komedi yang di siarkan tadi malam.
Berita seru tentang klub-klub liga inggris pun tak ketinggalan menjadi bahasan
yang segar untuk pagi ini.
Ada pula anak-anak SD yang dengan senangnya mengulas
tentang kartun-kartun jenaka yang tayang di waktu sore maupun pagi hari. Walau pun
pembahasan mereka berbeda-beda topik ada satu benang merah yang dapat
menghubungkan berbagai kejadian ini. Tahu apa yang saya maksud?? Itulah Televisi atau ada
orang yang menyebutnya TV (baca: tivi) atau tipi.
Melalui John Logie Braid inovasi ini berasal. Semula karena ia tidak
dapat ikut serta dalam gemuruh Perang Dunia I, akhirnya ia memutuskan untuk
menjadi seoranginsyinyur elektrik. Beruntung, apa yang diteliti oleh John
didukung oleh penemuan-penemuan ilmuwan lain yang berkiprah di bidang
elektromagnetik saat itu. Sampai suatu saat pada tahun 1923 ia berhasil
mengembangan prototype untuk mesin televisi pertama di dunia. Dan ternyata
sampai saat ini penemuan John membawa pengaruh besar pada umat manusia.
Alasan mengenai mengapa televisi begitu berpengaruh
adalah karena kelebihannya dibanding beberapa alat.Yakni menampilkan informasi dalam bentuk visual
yang bergerak, dan selama perkembangannya televisi juga mampu meningkatkan
kemampunannya untuk mentrasmisikan suara dan juga gambar yang bewarna.
Menemukan TV di
sebuah rumah sekarang menjadi hal yang lumrah bahkan 1 rumah bisa memiliki
lebih dari satu televisi.Sampai-saimpai ada rumah yang tiap kamarnya memiliki
tv sendiri-sendiri, berbeda ketika kita melihat kembali ke 30-40 tahun yang
lalu dimana tak banyak keluarga
yang menyediakan televisi di rumahnya.
Namun TV tak lengkap
tanpa adanya chanel, karena
melalui chanel atau saluran kita dapat
menonton berbagai macam acara di televisi. Sebenarnya apa chanell itu? Sebuah
chanel dihasilkan oleh perusahaan tertelevisian. Biasanya tiap perusahaan
mempunyai sebuah chanel. Di Indonesia sendiri dapat kita bedakan jenis chanel
berdasarkan ruang lingkupnya, seperti: Chanel lokal, chanel nasional dan chanel
internasional atau mancanegara.
Chanel lokal merupakan chanel
yang biasanya mencakup 1 wilayah provinsi, bisa lebih namun tak sampai dalam
lingkup nasional. Kemudian adapula chanel yang dapat memancarkan salurannya
hingga dapat dinikmati seantero negeri itulah yang dinamakan chanel nasional.
Yakni adalah chanel mancanegara , di mana seluruh manusia di bumi ini bisa
menonton berbagai saluran yang menarik melalui chanel ini namun yang biasanya
kita cukup menggunakan antena untuk mendapatkan sinyal chanel televisi, kini
kta harus menyewa jasa dari penyedia saluran televisi mancanegara. Biasanya
setelah mengontrak penyedia saluran, sebuah unit satelit, atau alat untuk
menangkap saluran tv manca negara akan di berikan pada kita.
Gampang-gampang sulit memang untuk mendapatkan saluran televisi, namun
sepandankah dengan yang kita dapatkan dari televisi? Berikut ini beberapa manfaat yang kita
dapatkan saat menonton televisi.
Yang pertama ialah update
informasi. Salah satu kegunaan dari kebanyakan media adalah memberikan
informasi yang terbaru kepada khalayak. Dan televisi adalah media yang mudah
untuk diakses, juga memberikan gambaran tentang berita terkini dengan baik
karena didukung oleh kemampuan untuk memproyeksikan gambar/ video dan juga
suara.
Hiburan juga salah satu konten yang dihadirkan pada chanel televisi, dan
sepertinya banyak juga orang yang menggunakan televisi ketika merasa bosan dan
sebagainya sekedar untuk mencari penyegar pikiran.
Begitu banyak yang dapat kita dapatkan dari televisi namun dalam
menontonnya pun ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan terutama yang
berhubungan dengan konten-konten acara dalam televisi. Konten berita dan
hiburan seperti yang saya utarakan diatas memang sangatlah bermanfaat namun
biasanya acara-acara seperti di televisi dapat terkontaminasi dengan pornografi
dan kekerasan.
Hal yang harus anda perhatikan adalah anak-anak yang masih dalam masa
bertumbuhan, bagaimana pun juga mengakses televisi sepertinya bukan lagi
menjadi hal yang sulit. Akibatnya kemungkinan anak-anak untuk melihat hal-hal
macam itu di televisi semakin besar. Bahaya terbesarnya adalah si anak akan
meniru apa-apa yang ia tonton di televisi dan juga mempengaruhi pola pikir
mereka. Untuk contohnya, dahulu ketika dunia pertelevisian Indonesia sedang
marak dengan acara smackdown, atau gulat yang ditayangkan pada malam hari,
anak-anak menjadi termotivasi untuk meniru aksi jagoan-jagoan gulatnya. Dan
yang jadi sasaran aksi menakutkan ini adalah teman-teman mereka di sekolah. Tak
lama sudah banyak beredar berita tentang akibat aksi-aksi anak kecil ini, dari
luka yang ringan hingga luka berat. Untungnya berkat kesigapan para orang tua,
acara itu tak ditayangkan di televisi lagi.
Walaupun demikian konten kekerasan dan pornografi masih saja dapat
ditemui melalui acara-acara televisi. Lalu apakah kita membiarkan anak-anak
perubah nasib bangsa ini rusak akibat televisi? Jawabannya adalah tidak. Jadi
hal yang kita bisa lakukan sekarang adalah mendidik sekaligus memberikan
pengarahan dalam menggunakan media ini. Seperti menemani mereka dalam menonton
televisi, agar kita dapat mengawasi sekaligus memberikan nasihat terhadap apa
yang ditonton mereka. Cara sederhana seperti tidak memberikan televisi di
masing-masing kamar juga bisa menanggulangi akses pada konten tak baik.
Sekarang marilah kita menggunakan inovasi dari ilmu pengetahuan seperti
televisi untuk membangun peradaban manusia agar lebih baik, dan bukannya
merusak kualitas moral manusia. Kita tak dapat menyalahkan televisi terus
menerus untuk dampak-dampak yang kita rasakan selama ini, karena toh televisi
hanyalah alat yang bertanggung jawab pada kasus ini adalah manusia-manusia yang
menyajikan acara di televisi maupun orang yang hanya menonton televisi itu.
Semoga bermanfaat, dan selamat menonton. Wassalamu Alaykum wr. wb.
Sumber:
http://penemu-terkenal.blogspot.com/2011/09/penemu-televisi-john-logie-baird.html
0 comments:
Post a Comment